Selasa, 16 Juli 2013

Jadi Kita ini kodratnya jadi seniman gitu???

Tau seniman?? kita itu seniman jang, percaya lah. Kita selalu bisa berakting ketika kita kepepet atau ketauan kesalahan kita. Kita selalu bisa menggambar gars yang bermakna, yang biasa kita sebut itu huruf. Kita selalu bisa bicara, dan selalu ada nada dibalik pembicaraan kita.

Bener ga jang??? Iya lah kita teh emang kodratna jadi seniman. Bukan jadi pengusaha, atau jadi anggota DPR. Itu mah cuma hasil dari kita melakukan suatu seni. 

Pengusaha adalah hasil seni dari mereka yang jago menggambar situasi dari hayalan mereka di masa depan yang bersangkut paut pada uang. Kalo anggota DPR, mereka itu adalah hasil karya akting mereka saat kampanye, sehingga kita larut dalam akting mereka.

Kita belajar dari TK itu bernyanyi, menggambar, terus menulis, kita mengapal angka 1-100 biasanya. Makanya kenapa kita tidak meneruskan ilmu dari TK itu, mungkin kita kalo konsen pada ilmu sejak TK, kita udah ahli. Ga mugkin kita ga bisa gambar, karena itu kita lakukan sejak TK = 5 taun lah. 

Coba kalo kita menekuni gambar, dan kita bisa jadi ahli?? kita bisa raup uang banyak kalo tujuan hidup kita cari uang, Kita bakal punya banyak temen kalo kita punya tujuan hidup menjadi populer. 

Taufik Hidayat bisa jago badminton, gara-gara dia terus menekuni badminton sejak kelas 6 SD. Kita menekuni Fisika, dan pelajaran IPA lain sejak SMP, aduuh telat jooon.

Jadi mending pikirin lagi, kalo kalian mau meninggalkan seni, itu berarti kalian meninggalkan dunia yang fana dan menyenangkan ini. 

F.F

menjadi manusia itu kudu salah asuhan

Manusia itu ditakdirkan tak luput dari salah. Kenapa ini yang harus diyakini??
Manusia diciptakan karena untuk mengisi hari-hari orang lain. Pernah kan merasa sepi di tengah keramaian? ini karena efek teknologi. Teknologi itu bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebenernya kita bisa bersosialisasi dengan sekitar, tapi si Teknologi ini selalu bikin  kita ga ada waktu buat orang lain. Mencampakkan orang di sekitar, sehingga kita saling merasakan sepi di tengah keramaian.

Perempuan sering ngomong gini kalo lagi nungguin pacarnya : "kamu dimana ih, ini aku sendirian disini !" Padahal dia ada di tengah keramaian. Terus orang yang lalu lalang dianggap apa? pernak pernik dunia yang bisa berjalan tanpa batre??

Ini efek yang kita rasakan gara-gara kita terlalu sibuk dengan teknologi yang diterapkan oleh orangtua sama kita. Sebenernya teknologi yang diberikan itu hanyalah titipan, agar orangtua tau dimana kalian, dan gausah susah cari kemana-mana, tinggal kring, tau deh. Tapi kenyataannya kalian sering mencampakkan orangtua gara-gara kalian bercengkrama dengan teknologi. Kadang orangua teriak nyari kalian yang lagi di kamar. Kenapa orangtua ga nelpon?? karena asuhan orangtua kita tidak mengenal teknologi, jadi selagi mereka ada di keramaian sperti rumah, ya gausah pake teknologi. Coba sadar ga kalian, kalo orangtua kita lebih mudah akrab dengan orang asing daripada kita???

Salah asuhan?? jangan nyalahin orangtua, kita sendiri yang nerima. Kita juga senang ketika kita dapat teknologi terbaru kan?? Ya sekarang terima aja, dan jangan bikin kita makhluk yang tidak bersosial, karena itu bakal bikin kita meratapi kesalahan yang satu dan kesalahan akan mengembangkan sayapnya.

F.F

Jumat, 05 Juli 2013

Modernisasi bikin kita lemah

Modernisasi kini kita rasakan di berbagai faktor kehidupan. Bagan hidup rasanya ada yang salah apabila tidak menyangkut-pautkan dengan modernisasi. Sandang pangan papan pun tak luput darinya.

Kini kebutuhan kita pun hampir tak bisa dibedakan antara mana yang primer dan sekunder. Dulu telepon genggam adalah barang yang termasuk kebutuhan sekunder, mungkin untuk beberapa kalangan itu adalah kebutuhan tersier, namun kini telepon genggam mungkin sudah menjai kebutuhan primer. Rasanya ada yang kurang apabila telepon genggam tidak kita genggam untuk beberapa jam saja.

Modernisasi bikin kita lemah. Semua teknologi di abad 21 ini teramat membuat kita lemah. Namun ini hanya terbukti untuk beberapa kaum. Tidak semua kaum menyetujui pendapat ini. bayak juga kaum yang dapat menentang beberapa aspek yang ditawarkan modernisasi.

Dulu orang-orang kita kuat, mungkin karena mereka hanya berkomunikasi secara langsung saja (bertatapan) ataupun melalui surat, yang sudah kita tahu bahwa berkomunikasi dengan surat ini cukup lama prosesnya. Tapi mereka bisa hidup. Untuk saat ini, orang tua menjadi lebih cepat khawatir, menjadi cepat takut. Kita mematikan teleon genggam saja untuk 1 hari, mungkin orang akan bertanya-tanya. Ini orang kemana?? padahal dia ada disekitarnya. Tapi seakan-akan kita tidak ada atau tidak hinggap di dunia.

Coba renungkan, ini adalah efek buruk dari terlalu berlebihan kita berkomunikasi. Dengan banyaknya jejaring sosial kita jadi seperti itu. Komunikasi yang tidak perlu pun sering dilakukan. Namun itu adalah kodrat manusia untuk berhubungan sosial. Tai apabila berlebihan menyebabkan dampak yang cukup buruk pula bagi perkembangan otak kita. Otak kita menjadi lebih cepatkhawatir. Kita seakan-akan terteror apabila belum melihat keadaan jejaring sosial. Ini diibaratkan jendla rumah saat sdang keadaan perang, apabila kita tidak melihat keluar, maka kita terus merasa was-was.

Tolong teman-teman bangkit. Raih kembali fitrah kalian sebagai manusia, yang bebas, yang merdeka. Merdeka itu ketika kita tidak merasakan was-was dalam menjalani hidup, tidak banyak keraguan yang kita alami saat melangkah. Ayo coba rasakan 1 hari saja, simpan telepon genggam anda di tas atau tempat lainnya, biarkan anda berkomunikasi sejenak dengan orng yang ada dihadaan anda. Jangan sampai kalian abaikan mereka demi Teknologi modernisasi yang tidak memiliki hati

FF